Keris yang telah dibuat dari sejak
jaman purwacaritra, Mataram Hindu hingga detik ini, sangatlah sulit dilacak
apakah benar bahan pamor yang menyertainya dibuat dari bahan meteor. Dibeberapa
pihak, mereka yang sangat memahami tangguh Paku Buwana, bisa membedakan jenis
pamor dari meteor dan yang bukan. Karena pada tangguh Paku Buwana (PB) pun
tidak semua keris berpamor meteor. Tetapi justru kondisi itulah yang
menghasilkan pedoman, yaitu dengan memperbandingkan setiap keris tangguh PB.
Pengamat dan kolektor yang sangat memahami tangguh PB antara lain adalah Ir.
Haryono Haryoguritno, KRA. Sani Gondoadiningrat dan beberapa senior
perkerisan seperti Ir. Brotohadi Sumadyo, Supranto dlsb, telah terbiasa
menduga (bukan memastikan) mana keris yang berpamor meteor dan yang bukan. Ada
beberapa kesimpulan yang perlu diperhatikan dan yang mungkin bisa dijadikan
acuan adalah bahwa jika mengamati tangguh PB yang menggunakan meteor pastilah
pamornya bernuansa. Ada keabu-abuan dan ada yang jernih (deling). Pamor nikel
biasanya mati (tidak bernuansa) atau orang Jawa menyebutnya dengan menteleng
(melotot) alias jreng.
Kenapa pamor meteor bernuansa?
Seperti dijelaskan diatas bahwa
bahan irons meteorite atau stony irons meteorite bisa digunakan menjadi bahan
pamor keris, terutama karena adanya kristal Fe/Ni yang banyak, disertai unsur
lain seperti adanya phospor, senyawa Ti, As, Pb sebagai isotop pengikatnya.
Ketika dalam prakteknya menjadi pamor keris, unsur-unsur heterogen itu tidak
hilang sama sekali sehingga alur pamor meteor akan bernuansa. Pamor ini secara
visual ada warna abu-abu dan ada kehitaman serta ada pula bagian yang putih
cemerlang, yang jika diamati tampak aura sinar warna-warni. Hal ini menjadi
sangat jelas jika keris diminyaki dan dipandang dibawah sinar matahari. Empu
Djeno Harumbrojo (alm), menyebutnya dengan kata ”sulak” atau bias
pelangi warna.
Namun demikian pada prakteknya,
pegiat keris dan seniman keris Kamardikan yang mulai mengolah pamor dari bahan
meteor, tetap harus melakukan eksperimentasi terutama pada treatment akhir
setelah finishing touch bentuk keris. Karena tampaknya empu jaman dahulu pun
melakukan treatment termasuk melalui cara ”quenching” atau sepuh, kamalan
(merendam pada air welirang) dan bahkan mutih keris dan mewarangi dengan banyak
cara seperti cara di’nyek’, untuk menimbulkan estetika dari bahan meteor yang
diharapkan memberi keterpukauan pada detail pamornya, dan bukan hanya pada
jenis motifnya.
Assalamualaikum Salam sejahtera untuk kita semua, Sengaja ingin menulis
BalasHapussedikit kesaksian untuk berbagi, barangkali ada teman-teman yang sedang
kesulitan masalah keuangan, Awal mula saya mengamalkan Pesugihan Tanpa
Tumbal karena usaha saya bangkrut dan saya menanggung hutang sebesar
1M saya sters hampir bunuh diri tidak tau harus bagaimana agar bisa
melunasi hutang saya, saya coba buka-buka internet dan saya bertemu
dengan KYAI SOLEH PATI, awalnya saya ragu dan tidak percaya tapi selama 3 hari
saya berpikir, saya akhirnya bergabung dan menghubungi KYAI SOLEH PATI
kata Pak.kyai pesugihan yang cocok untuk saya adalah pesugihan
penarikan uang gaib 4Milyar dengan tumbal hewan, Semua petunjuk saya ikuti
dan hanya 1 hari Astagfirullahallazim, Alhamdulilah akhirnya 4M yang saya
minta benar benar ada di tangan saya semua hutang saya lunas dan sisanya
buat modal usaha. sekarang rumah sudah punya dan mobil pun sudah ada.
Maka dari itu, setiap kali ada teman saya yang mengeluhkan nasibnya, saya
sering menyarankan untuk menghubungi KYAI SOLEH PATI Di Tlp 0852-2589-0869
agar di berikan arahan. Supaya tidak langsung datang ke jawa timur,
saya sendiri dulu hanya berkonsultasi jarak jauh. Alhamdulillah, hasilnya sangat baik,
jika ingin seperti saya coba hubungi KYAI SOLEH PATI pasti akan di bantu Oleh Beliau